Saya dan Tunggakan Bacaan

Berbicara  menyangkut buku bacaan, sebelumnya saya adalah seorang kutu buku tulen. Namun, sejak sekitar 13 tahun lalu saya mengenal dunia internet, kebiasaan tersebut perlahan menghilang dari hidup saya. bahkan lebih memilih melakukan kunjungan singkat ke beranda instagram atau bahkan Tiktok!

Semenjak minat saya beralih dari buku fisik ke dunia internet dengan segala-keterpecahan-fokus- pemahaman, saya lebih banyak melakukan belanja impulsive buku dan berupaya menimbun buku kegemaran sebanyaknya dibandingkan dengan waktu untuk membacanya. Sungguh sesuatu yang sia-sia sebenarnya.

Seperti beberapa waktu lalu, saya sempat tergerak untuk membaca buku Frederick backman yang berjudul A Man Called Ove yang berhasil saya baca dalam waktu 5 jam, dari pukul 21.00 malam hingga 02.30 dini hari. itupun saya lakukan setelah  melihat film di layar lebar. dan berakhir pening karena kurang tidur,

Setelah itupun, saya penasaran dengan buku lain Frederick Backman dengan judul, "My Grandmother asked me to tell you sorry" yang berakhir hanya beberapa lembar awal yang saya baca. sedangkan target bacaan saya di goodreads, yang hanya 5 buku dalam setahun sepertinya mustahil untuk dicapai.

Apalagi dengan kabar banyak toko buku yang mengalami penurunan, mulai dari kabar toko gunung agung yang dikabarkan akan tutup gerai tahun ini, dan gramedia di dekat kota saya yang gerainya tinggal separuh dari sebelumnya, sungguh sebuah duka bagi seorang pecinta buku fisik.

Hal itu membuat rasa impulsivitas untuk membeli buku fisik semakin meningkat ditambah lagi dengan banyaknya buku-buku yang banting harga dibeberapa bazar yang saya temui dikota saya.



Beberapa waktu lalu, berbelanja buku-buku novel maupun non novel yang harapannya bisa dibaca dikala senggang meskipun berakhir dengan menatap layar hape. novel-novel yang mengingatkan saya pada masa kecil, karangan Roald Dahl, dan seri Supernova milik Deelestari dan rectoversonya, buku Seno Gumira Aji dan beberapa buku non novel seperti Psychology of Money milih Morgan Housel dan Mindset milik Carol dweck yang sebenarnya sudah saya incar jauh-jauh hari dan berakhir tertumpuk begitu saja diatas lemari.

Sebenarnya, setiap kali membaca membayangkan benar-benar dalam kondisi nyaman dan private serta tenang sehingga bisa fokus dalam membaca buku. ada ketakutan kalau saya tidak bisa mencerna bacaan ketika sekarang ingin memulai membaca.  tetapi sebenarnya kondisi itu kontradiksi  dengan kondisi ketika dulu menjadi kutu buku. kutu buku tidak akan meributkan hal seperti itu, yang penting dia membaca dengan tenang dan fokus diatas kasur sampai tuntas dan tidak merasa mengantuk. itu yang saya rasakan dulu.

Hanya saja, semoga ada waktu lagi. butuh urge yang benar-benar mampu membangkitkan kemampuan membaca dan mempertahankan fokus dalam waktu lama.

Sampai saat ini, saya masih tim buku fisik, dalam perspektif subjektif pribadi, masih sangat menikmati aroma buku baru, euforia membuka sampul plastik buku baru, dan membalik tiap lembar halaman buku, mengikuti alur tunggal pembacanya, meskipun tangan akan gatal terdistrak dengan gadget, tetapi itu hari-hari yang akan dirindukan seharian diatas kasur menyelesaikan berlembar-lembar halaman dan menyerap saripati isi dari buku. 

Disini saya merasa heran, tidakkah anak-anak saat ini menginginkan hal itu ? ataukah saya yang terlalu memaksa anak-anak sekarang untuk mempercayai nikmatnya membaca buku fisik ? sekali lagi, semua kembali kepada referensi masing-masing.

salam, Febriana

Komentar