Behaviorisme vs Humanistik

Indonesia sepertinya ingin mengubah paradigma pendidikan indonesia dari  behaviorisme menjadi humanistime. Tapi seberapa berhasil ya kira-kira mau mengubah budaya bawaan nenek moyang indonesia ? 😅

Menurut saya, budaya behaviorisme itu turun temurun dari hasil jajahan 350 tahun oleh voc dan belanda. Bukanya underestimate,  ini yang disebut dengan disrupsi. Mulai tercabutnya nilai-nilai dasar digantikan dengan nilai-nilai baru

Budaya behaviorisme itu kan lebih ke arah  kaku, ketundukan, pembiasaan perilaku dan repetisi, doktrinasi, ditekan, ditakuti dan dikerasi yang memang selama ini berjalan di indonesia, buktinya, banyak kan disekitar kita ? 

Sedangkan humanisime cenderung ke perubahan mindset, pengembangan pola pikir berdiferensiasi, penerimaan keberagaman, dan kita diminta untuk beradaptasi dengan nilai-nilai baru.

Masalahnya, banyak dari masyarakat kita dikerasi baru paham, sebaliknya dibilangi lemah lembut pelan tidak mau mengerti. Jadi berpikir apakah sebaiknya menjadikan behaviorisme identitas kita ? 

Jadi ingat, saya malah menganalogikan jepang dengan budaya malu dan kerja keras yang jadi identitas mereka. kalau  masyarakat Jepang menginginkan seperti itu, sementara masyarakat kitadengan paradigma baru humanistik sulit, apakah memang harus mengidentifikasi diri sebagai masyarakat behaviorisme dan menjadi behavioristik ? kalaupun ada perkembangan jaman biarkan itu berubah secara Alami.. 

tapi saya sendiri tidak tahu posisi pendidikan kita  sekarang seperti apa. kadang kala mikir orang indonesia itu underestimate dengan dirinya sendiri. bilang katanya punya jati diri tetapi kadangkala merendahkan diri nya sendiri. karena selalu membandingkan dengan negara lain. 

tapi lucu juga kadang kala disebut overproud juga salah, tapi disisi lain underestimate negara sendiri.

Komentar